Evaluasi Gunung Merapi, Badan Geologi: Potensi Awan Panas Guguran Semakin Jauh
Badan Geologi melakukan evaluasi terkait dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang telah ditetapkan Siaga sejak 5 November 2020 silam.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono mengatakan pihaknya telah melakukan pemutakhiran data potensi bahaya erupsi Gunung Merapi.
“Dengan menggunakan data topografi terbaru, hasil pemodelan menunjukkan apabila kubah lava barat daya longsor secara masif, maka akan menimbulkan awan panas guguran ke Sungai Bedog, Bebeng, Krasak sejauh maksimal 6,3 km dan ke Sungai Boyong sejauh 3,9 km,” kata Eko dalam keterangannya Rabu 26 Januari 2022.
Catatan sebelumnya, potensi bahaya longsoran kubah barat daya hingga 7 Januari 2022 itu maksimal 5 km.
Adapun untuk kubah lava tengah potensi bahayanya cenderung tak berubah dari pemetaan sebelumnya, yakni apabila longsor secara masif, maka awan panas guguran ke arah Sungai Gendol akan mencapai jarak 5 km dan ke Sungai Woro sejauh 3 km.
Eko mengatakan perubahan potensi bahaya ini merunut perubahan terbaru dari kondisi erupsi Merapi, di mana selama tahun 2021 terjadi guguran lava/rockfall (RF) sebanyak 61.446 kali dan awan panas guguran (APG) sebanyak 424 kali. Aktivitas dominan bersumber dari kubah barat daya. Arah luncuran RF dan APG pada awal aktivitas, Januari-awal Juli 2021, dominan ke Sungai Boyong dengan jarak luncur maksimal 3,2 km.
Kemudian terjadi perubahan arah luncuran hingga saat ini ke arah Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 3 km. Sedangkan aktivitas pada kubah tengah kawah, di akhir Juni terjadi RF dan AP ke arah tenggara, yaitu Sungai Gendol dengan jarak luncur maksimal 3 km.
Kubah lava tengah kawah dan barat daya terus tumbuh dengan laju rata-rata masing-masing sebesar 5.000 meter kubik/hari dan 10.000 meter kubik/hari.
Pada tanggal 20 Januari 2022 volume kubah tengah kawah terhitung sebesar 3.007.000 meter kubik dan kubah lava barat daya sebesar 1.670.000 meter kubik.
“Guguran lava dan awan panas guguran saat ini bersumber di bagian atas kiri kubah lava barat daya yang merupakan pusat ekstrusi magma,” kata dia. Selain itu, telah terjadi perubahan topografi di hulu-hulu sungai sektor barat daya akibat penumpukan material guguran dan awan panas.
Eko mengatakan Merapi memasuki fase erupsi sejak tanggal 4 Januari 2021 ditandai dengan munculnya kubah lava di tebing puncak sektor barat daya dan di tengah kawah.
Saat ini fase erupsi Gunung Merapi sudah berlangsung lebih dari satu tahun dengan sifat erupsi efusif berupa pertumbuhan kubah lava dan pembentukan guguran lava dan awan panas.